Di suatu sore saat matahari terbenam , banyak orang bermain layang-layang, salah satu layang-layang terlihat sangat gagah dan indah dibanding yang lain, ia menyambar kanan kiri, menukik dan membumbung ke angkasa.
Sang layang-layang begitu bangga akan dirinya, dalam hatinya ia menyimpan unek-unek mendalam. “ Aku sebenarnya bisa terbang lebih karena kupantas dan mampu. Tapi kenapa aku harus diikat dengan benang ? Aku jadi tidak bisa terbang dengan bebas. “Ah Sebal !” keluhnya.
Anginpun lalu bertiup kencang. Layang –layang petualng sangat senang,
“ Aha, ini peluang anginnya kencang.
Aku akan senang mendekati layangan besar dan kuat,
supaya benangku bisa putus,nanti aku dapat terbang tinggi ! bebas lepas !
Dengan dorongan angin si layang-layang pun sengaja berusaha mendekati layangan yang terlihat kuat.
Membiarkan benangnya bergesekan dengan benang mereka.
Sesaat kemudian berhasil. Benangnya putus !
PUTUS! PUTUS! Nah Sekarang tentunya kubisa terbang bebas .
Naik tinggi sesukaku ! Emang saya akui , dengan perantaraan benang aku sampai setinggi ini, tapi masak sih aku harus menuruti dan terikat pada benang pemain layang-layang ini ?
Layang-layang petualang merasa bebas terbang sekarang . Pikirnya ia bisa terbang kesana kemari sesuka hati. Tapi impiannya jadi mimpi buruk.
Ia bahkan terkejut ketika tidak dapat mengendalikan dirinya. Terombang-ambing. Terlempar tanpa arah.
Ia bahkan tersungkur di pepohonan , badannya robek-robek karena jadi rebutan anak-anak.
Si layang-layang sekarang bisanya hanya merenung menyesali diri.
Ketika layang-kayang yang lain terbang dengan ceria.
Ia sekarang terbuang , terlupakan dalam kerusakan.
sakit dan kaget karena semua tidak sesuai dengan yang diimpikannya.
RENUNGKANLAH ;
keimanan kalau sudah dicabut oleh Allah sama seperti layang-layang tadi. Sekarang pemulung dengan karungnya yang kotor saja enggan meliriknya,
apalagi memungutnya